NAFS
Menurut Psikofisik manusia memiliki komponen jasad dan ruh yang saling terintegrasi Nafs memiliki natur gabungan antara natur jasad dan ruh, bila ia berorientasi dengan natur jasad maka tingkah laku memjadi buruk dan celaka, tetapi bila mengacu pada natur ruh maka kehidupannya menjadi baik dan selamat.(Mujib,2005: hal 79)
Jadi Manusia harus bisa mengasah Nafsnya dan mensucikan Nafsnya sehingga dapat menjadi manusia yang baik.
Istilah Nafs dalam Al-quran memiliki banya makna , menurut Achmad Mubarok dengan metode temantiknya, menyebutkan 7 makna nafs: yaitu:
- Nafs berarti diri atau seseorang (QS. Ali Imran (3) : 61, Yusuf (12): 54, Al-Dzariyat (51):21 ).
- Nafs berarti diri Tuhan (QS, Al-An;am (6) :12, 54)
- Nafs berarti person sesuatu (QS Al-Furqan (25):3, Al-An’am (6):130)
- Nafs sebagai roh (QS, Al-An’am (6): 93)
- Nafs sebagai Jiwa (QS. Al-Syam (91):7 , Al-Fajr (89):27)
- Nafs sebagai totalitas manusia, yang memiliki dimensi jiwa dan raga (QS Al-Rad (13) : 11, Al- Anfal (8):53) (Mujid .2005:79)
Tabel.1. Perbedaan substansi Ruh , Jasad, dan Nafs adalah dapat dilihat dibawah ini: (Mujid, 2005:82).
No | Substansi Ruh | Substansi Jasad | Substansi Nafs |
1 2. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 | Adanya di alam arwah (imateri) atau alam perintah (amar) Tercipta secara langsung dari Allah tanpa melalui proses graduasi Tidak memiliki bentuk , rupa, kadar, dan tidak dapat disifati Naturnya halus dan suci (cenderung ber-islam atau bertauhid) dan mengejar kenikmatan ruhani Memiliki energi rohani yang disebut dengan al-amanah Eksistensi energi ruhaniah tergantung ibadah Eksistensinya memotivasi kehidupan Tidak terikat oleh ruang dan waktu Dapat menangkap beberapa bentuk yang konkrit dan abstrak Substansinya abadi tanpa ada kematian Tidak dapat dibagi-bagi karena satu keutuhan | Adanya dialam dunia./jasad (materi) atau alam penciptaan (khalq) Tercipta secara bertahap atau berproses dan melalui perantara Memiliki bentuk, rupa, kadar dan dapat disifati Naturnya buruk dan kasar, bahkan mengejar kenikmatan syahwat. Memiliki energi jasmaniah yang disebut dengan al-hayah (nyawa/daya hidup) Eksistensi energi jasmaniah tergantung pada makanan bergizi Eksistensinya menjadi wadah ruh Terikat oleh ruang dan waktu Hanya mampu menangkap satu bentuk kongkret dan tidak mampu menangkap yang abstrak Substansinya temporer dan hancur setelah kematian Dapat dibagi-bagi dengan beberapa komponen | Adanya dialam jasad dan ruhani Terkadang tercipta secara bertahap atau berproses dan terkadang tidak Antara berbentuk atau tidak, berkadar atau tidak, berkadar atau tidak , dan dapat disifati atau tidak Naturnya antara baik-buruk , halus-kasar, dan menikmati kenikmatan ruhani dan syahwat Memiliki energi rohaniah, jasmaniah Eksistensi energi nafsani tergantung pada ibadah dan makanan bergizi Eksistensinya aktualisasi atau realisasi diri Antara terikat dan tidak mengenai ruang dan waktu Dapat menangkap antara yang kongkret dan abstrak, satu bentuk atau beberapa bentuk Substansinya antara abadi dan temporer Antara dapat dibagi-bagi dan tidak |
Manusia dalam Al-Quran
2.1. Manusia Dalam Konsep Islam
Al-Quran banyak memberi gambaran tentang manusia antara lain sebagai berikut: Manusia diciptakan dengan bentuk fisik yang sangat baik (S.95:4), dengan rupa yang seindah-indahnya (S.64:3) dan dilengkapi dengan organ yang instimewa seperti pancaindra dan hati (S.16:78), agar manusia bersyukur kepada Allah yang belah memberi banyak keindahan dan kesempurnaan. Manusia pun diberi kemampuan berfikir untuk memahami alam semesta (S.13:3) dan dirinya sendiri (S.30:20-21) sebagai ciptaan Allah untuk kemudian meningkatkan keimanannya kepada Allah SWT,. Manusia mempunyai akal untuk memahami tanda-tanda keagungan Allah, Kalbu untuk mendapatkan cahaya yang tertinggi (S.89:27-30) dan ruh yang kepadanya Allah SWT mengambil kesaksian manusia mengenai keesaan ilahi (S.7:72-74). Bahkan kepadanya agama sebagai tuntunan agar hidupnya selamat dunia dan akherat. ( Bastaman,1995:55).
Manusia diciptakan Allah sebagai khalifah dibumi (S.2:30), dan di ciptakan Allah bukan untuk main-main (S.23:115), melainkan untuk mengembangkan amanah (S.33:72) dan untuk beribadah kepadaNya (S.51:56) serta selalu menegakkan kebajikan sekaligus menghilangkan keburukan (S.3:110) dengan segala tanggung jawab (S.75:36). Keistimewaan lain manusia adalah memiliki kebebasan luas untuk mengembangkan diri setinggi-tingginya atau serendah-rendahnya (S.91:7-10), bahkan agama pun tidak dipaksakan kepadanya (S.2:256). Namun manusia pun dilengkapi dengan banyak kelemahan seperti ketergesah-gesahan (S.17:11), pembantah (S.18:54), melampaui batas (S.10:12), Kikir (S.70:19), mudah putus asa (S.41:49), selalu berkeluh kesah (S.70:20), ingkar (S.80:17), tidak mau bersyukur (S.100:6), mudah lalai setelah mendapat nikmat (S.17:83).(Bastamann:1995:56)
Walaupun demikian fitrah manusia adalah suci dan beriman (S.7:72). Kecenderungan terhadap agama adalah sikap dasarnya (S.30:30), Dalam keadaan sadar ataupun tak sadar manusia selalu merindukan Allah (S.39:8; S.39:49), taat, khusuk, tawakal dan tidak ingkar (S. 17:66-69), terutama bila sedang mengalami malapetaka dan kesulitan hebat (S.31:32, S.17:66). (Bastaman,1995:56).
Al-Quran juga menggolongkan manusia . yaitu: Golongan manusia yang mendapat petunjuk yang lurus (S. 1:7) seperti para nabi (S.22:52;S.6:87), Shiddiqin (S.49
:14-18), para syuhada (S. 3:169-171), Shalihin (S.29:9), muklisin (S.23:57-61; S 29:64-66; S.3:123), muttaqin (S.3:31), mukminin (S.3:139), dan orang-orang yang sabar (S.3:146; S.8:46). Yang kedua golongan manusia yang tidak memdapat petunjuk, seperti orang yang dimurkai Allah dan sesat hidupnya (S.6:144; S.9:37) seperti orang-orang fasik (S. 5:108; S.9:80), zalim (S.6:144 ; S .9:37), kafir (S. 5:67; S.9:37) , musyrik (S.4:48-52; S.4:226-121) dan orang munafik (S.2: 8 – 16).
Beberapa ayat al-Qur’an dan al-Hadits yang menjadi landasan utama bagi para psikolog Islam telah memberikan informasi tentang telah dimulainya kehidupan manusia sejak janin berada dalam kandungan ibunya. Mujib dan Muzakir, berpendapat bahwa sejumlah ayat dan hadits secara tidak langsung telah disebutkan bahwa selama periode prenatal individu tidak hanya mengalami perkembangan fisik melainkan sekaligus mengalami perkembangan psikologi.
QS 22: 5. Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.
Dari Ayat diatas terlihat bahwa manusia tersusun dari unsur materi dan imateri, jasmani dan Rohani, Tubuh manusia yang berasal dari tanah dan ruh atau jiwa berasal dari substansi imateri di alam gaib. Tubuh pada akhirnya akan kembali menjadi tanah atau jiwa akan pulang ke alam Gaib. (Nasution,1996:37)
Tubuh kita yang mempunyai daya fisik atau jasmani, yang terdiri dari indra penglihatan, penciuman, perasa, perabaan, pendengaran, daya gerak. Semuanya berhubungan dengan unsur-unsur materi.
Menurut Nasution dalam Ruh atau jiwa ada yang disebut al-Nafs mempunyai dua daya, daya pikir yang disebut akal yang berpusat di kepala dan daya rasa yang berpusat dikalbu yang berpusat di dada. Daya rasa yang berpusat didada dipertajam dengan ibadah (shalat, puasa, haji, zakat), karena intisari dari semua ibadah dalam islam adalah mendekatkan diri kepada Tuhan yang maha Suci. Yang maha Suci hanya dapat didekatkan oleh ruh yang suci. Ibadah adalah latihan menyucikan ruh atau jiwa. Makin banyak seseorang beribadah secara iklash, makin suci pula jiwa dan ruhnya. Daya pikir atau akal berpusat dikepala dalam sejarah islam diperkuat oleh dorongan ayat-ayat kauniah. Nasution menambahkan jadi manusia menurut ajaran Islam, tersusun dari unsur materi , yaitu tubuh yang mempunyai hayat dan unsur imateri yaitu roh yang mempunyai dua daya, daya rasa di dada dan daya pikir dikepala. Daya rasa, jika diasah dengan baik, mempertajam hari nurani dan daya pikir , jika dilatih, mempertajam penalaran.(Nasution, 1996:38)
No comments:
Post a Comment